Tuesday, July 25, 2023

Jamblang, Tumbuhan Kaya Manfaat yang Makin Hilang | PT Rfian Finaincindo

PT Rfian Finaincindo -  Indonesia dijuluki sebagai negara megabiodiversitas dengan puluhan ribu jenis tumbuhan berbunga yang menyimpan misteri kebermanfaatan yang belum terungkap sepenuhnya. Meskipun demikian, ketidaktahuan manfaat terhadap suatu jenis tanaman mendorong masyarakat untuk mengganti dengan jenis tanaman lain yang dianggap lebih bernilai ekonomi.

Salah satu jenis dari tanaman obat yang dulu banyak ditemukan di Indonesia tetapi sekarang mulai sulit di cari keberadaannya adalah jamblang (Syzygium cumini Linn). Hal ini disebabkan oleh jarangnya upaya budidaya kembali oleh masyarakat sehingga regenerasi dari tanaman ini juga sangat sedikit. Jamblang oleh dunia Internasional dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature) pernah masuk daftar merah sebagai jenis terancam punah di tahun 2018 dan sekarang dikategorikan sebagai Least Concern Species alias jenis yang paling tidak dipedulikan.

Jamblang Foto: (Dok Aris Sudomo/BRIN)



Jamblang Sang 'Anggur Majalengka' Makin Langka
Jamblang (Syzygium cumini Linn.) merupakan salah satu jenis tanaman serbaguna yang hanya dikenal oleh masyarakat sebagai penghasil buah yang terasa masam dan dianggap kurang bernilai ekonomi. Buah jamblang berwarna khas merah ungu kehitaman yang dulu banyak disukai anak-anak untuk dijajakan di sekitar lingkungan sekolah maupun dibawa para penjual keliling.

Setelah muncul berbagai buah-buahan yang memiliki rasa lebih enak, jamblang yang akrab disebut buah duwet kurang begitu disukai anak-anak. Hal ini ditunjukkan oleh hasil observasi kami di Kelurahan Babakan Jawa, Kelurahan Cicurug dan Desa Sidamukti, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka di mana keberadaaan tumbuhan jamblang telah ditebangi dan diganti dengan jenis mangga. Masyarakat di Kabupaten Majalengka menyebut jamblang sebagai anggur Majalengka karena warna buahnya seperti anggur.

Keberadaan 'Anggur Majalengka' saat ini tinggal kenangan, seiring dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan perekonomian masyarakat. Jamblang dikonversi menjadi tempat budidaya tanaman mangga yang dianggap memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Keberadaaan tunas-tunas atau terubusan bekas tebangan pohon duwet masih terlihat pada lahan lahan kritis. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan duwet dapat tumbuh pada lahan kritis dan sesuai untuk upaya konservasi tanah dan air.


Khasiat Jamblang: Antikanker hingga Obat Diabetes
Hasil -hasil penelitian telah menunjukkan bahwa jamblang memiliki prospek ekonomi obat yang besar karena sebagian besar seperti kulit kayu, daun, biji dan buah potensial digunakan sebagai obat alternatif untuk mengobati berbagai penyakit. Biji jamblang merupakan bagian utama yang bermanfaat sebagai obat. Ekstrak biji jamblang berfungsi obat diabetes, hypoglycemic, anti-inflammatory, anti-oxidant, dan kemopreventif terhadap stres dan kerusakan genom.

Selain itu, biji jamblang juga dapat digunakan untuk menunda komplikasi saraf dan kataraks. Sedangkan ekstrak buah jamblang menghasilkan antioksidan dan antikanker tertinggi. Buah jamblang juga dapat mengobati diabetes karena dapat menurunkan kadar gula darah. Kulit buahnya mengandung zat antioksidan dan anti jamur (Tomson et al., 2018; Chrismirina et al., 2014). Bahkan daun dan kulit kayu jamblang berkasiat obat yang ditunjukkan telah dipakainya dalam pengobatan tradisonal di India.

Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa bagian tanaman jamblang memiliki manfaat kesehatan antara lain daunnya dapat membantu menghambat pertumbuhan bakteri E coli dan S. aureus, zat antioksidan, anti inflamasi dan menurunkan kadar glukosa dalam darah (Sudarmi et al., 2017; Dewi, 2018). Berdasarkan Hyne (1987) daun, buah, kulit jamblang dapat digunakan sebagai obat kencing manis (diabetes). Selain itu buah dan pohon berkhasiat melumasi organ paru, menghentikan batuk, peluruh kencing (diuretik), peluruh kentut (karminatif), memperbaiki gangguan pencernaan, merangsang keluarnya air liur, dan menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik). Sedang kulit kayunya berkhasiat untuk peluruh haid, di India potensial sebagai obat kontrasepsi pada pria.

Jamblang juga menurunkan risiko timbulnya atherosclerosis sampai 60-90% pada penderita diabetes. Hal ini terjadi karena kandungan oleanolic acid pada jamblang dapat menekan peran radikal bebas dalam pembentukan atherosclerosis (Alamendah, 2010). Mengingat duwet mempunyai berbagai manfaat obat kemudian populasi mulai berkurang sehingga perlu perhatian semua pihak dalam upaya melestarikan.

Upaya Konservasi Jamblang
Pencarian benih jamblang untuk konservasi jenis yang terabaikan ini kami lakukan dengan menulusuri hutan adat Wonosadi berlokasi di Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Gunungkidul, Yogyakarta. Dan berdasarkan informasi masyarakat, kami mendapatkan pula kebaradaan tumbuhan jamblang di lahan lahan hutan hutan milih masyarakat di daerah Kelurahan Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Berdasarkan informasi masyarakat, kedua tempat tersebut merupakan habitat yang telah ditumbuhi jamblang secara alami bertahun tahun. Kedua tempat tumbuh jamblang tersebut pada lahan perbukitan/pegunungan yang curam pada ketinggian 300- 500 mdpl dengan lapisan tanah tipis dengan banyak bebatuan yang kurang subur. Tanaman jamblang tersebut tumbuh bersama dengan jenis tanaman jambu air, johar dan jabon.

Pertumbuhan pohon duwet relatif lambat dengan batang cenderung bengkok, perakaran dan kanopi menyebar (evergreen) serta buah masak berwarna ungu kehitaman. Berdasarkan hasil obervasi di kedua lokasi tersebut, kami temukan bahwa varietas duwet/jamblang ada 3 yaitu duwet krikil, duwet bawang/putih dan duwet item. Hal ini dibedakan berdasarkan ukuran dan rasa buah matang. Ukuran buah jamblang mulai dari yang terkecil sampai terbesar adalah buah kerikil, brambang dan gentong. Rasa buah mulai dari yang terasa masam sampai terasa manis beruturt adalah kerikil, brambang dan gentong. Perbedaan ketiga varietas juga terlihat dari bentuk daun yang relatif berbeda beda.


Penerapan konservasi tanaman obat berbasis jamblang dari berbagai asal usul sumber benih telah kami lakukan di Bukit Batu Dua, Desa Linggajaya, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Desa Linggajaya memiliki banyak lahan kritis yang perlu dikonservasi dan/atau di rehabilitasi, dan beberapa kali telah dilakukan kegiatan rehabilitasi lahan namun mengalami kegagalan dalam pelaksanaannya dikarenakan kritisnya lahan.

Sementara jamblang (Syzygium cumini Linn) merupakan salah satu jenis tanaman konservasi jenis obat yang dapat tumbuh pada tanah marjinal yang terjal dan berbatu karena sistem perakarannya yang berakar tunggang dan kompak (Sudomo, et al., 2015). Demplot konservasi tanaman obat berbasis jamblang dibangun di lokasi agrowisata Batu Dua yang merupakan wahana olah raga paralayang nasional.

Kegiatan ini selain upaya konservasi jenis tanaman yang kurang terperhatikan juga pendukung bisnis agrowisata serta konservasi tanah dan air pada lahan kritis untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk menarik minat masyarakat dalam budidaya jenis tanaman jamblang maka dipadukan dengan sektor agrowisata.

Penanaman tanaman lama yang terabaikan jenis jamblang harapannya menjadi daya tarik pengunjung mendatangi agrowisata jamblang di Batu Dua, Desa Linggajaya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Selain itu tanaman jamblang merupakan pakan fauna dan dapat tumbuh pada lahan marginal sehinga dapat digunakan sebagai salah satu jenis tanaman konservasi pada lahan-lahan kritis. Demplot agroforestri telah terbangun baik dan baru sebagian kecil dari masyarakat khususnya masyarakat kampung Cipari (kampung terdekat dengan lokasi demplot) mau menanam tanaman jamblang di lahan milik mereka

Sumber : Finance.detik

PT Rfian Finaincindo

No comments:

Post a Comment