Monday, February 24, 2020

Senin (24/2), Mata Uang Rupiah Masih Berpeluang Melemah | PT Rifan Financindo

Senin (24/2), Mata Uang Rupiah Masih Berpeluang Melemah
PT Rifan Financindo  -  Mata uang rupiah berpotensi melanjutkan koreksi pada awal pekan depan seiring dengan tekanan dari sentimen global.

Pada perdagangan Jumat (21/2/2020), rupiah ditutup terkoreksi 0,07 persen atau 10 poin menjadi Rp13.760 per dolar AS. Dalam sepekan ini, rupiah turun tipis 0,66 persen.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, 21 Februari 2020
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menyampaikan sentimen eksternal membuat mata uang rupiah tertekan. Faktor utama yang diperhatikan pasar ialah dampak ekonomi penyebaran virus corona di sejumlah negara seperti China, Jepang, dan Korea Selatan.

“Dalam perdagangan Senin (24/2/2020) pagi rupiah kemungkinan masih akan melemah dampak dari data eksternal. Rentang harga di kisaran Rp13.689 – Rp13.810 per dolar AS,” paparnya dalam publikasi riset, Jumat (21/2/2020).

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 76.215 kasus dengan korban jiwa 2.247 orang. Virus ini juga sudah menyebar ke 28 negara dan menciptakan kepanikan global.

Di Daegu, kota terbesar keempat Korea Selatan, misalnya, penyebaran virus membuat warga tidak berani keluar rumah. Daegu adalah salah satu kota manufaktur yang penting di mana terdapat banyak industri tekstil, logam, sampai dengan mesin.

Saat ini, industri-industri tersebut tidak berfungsi atau menganggur. Tidak hanya rantai pasok yang terganggu, tetapi ada ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Di Jepang, angka pembacaan awal Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur periode Februari 2020 adalah 47,6, atau terendah sejak akhir 2012. Survei menunjukkan bahwa dampak penyebaran virus Corona sudah dirasakan oleh Jepang, terutama dari jalur pariwisata

Dari dalam negeri, dampak virus corona juga pasti dirasakan oleh Indonesia. Berdasarkan kajian Bank Indonesia (BI), potensi kehilangan devisa dari pariwisata mencapai US$ 1,3 miliar.

Di bidang sisi logistik, dampak di sisi ekspor adalah US$0,7 miliar dan impor US$0,7 miliar. Kemudian ada dampak penundaan investasi, khususnya dari China, yang diperkirakan senilai US$ 0,4 miliar.

Angka-angka tersebut membuat Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020. dari 5,1 persen – 5,5 persen menjadi 5 persen –5,4 persen.


Sumber:Market.bisnis
PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment