Wednesday, February 1, 2023

Harga Beras sampai Minyak Goreng Diramal Bikin Inflasi | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo  - Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka indeks harga konsumen untuk periode Januari 2023. Diprediksi akan kembali terjadi inflasi.

Ekonom PermataBank Josua Pardede mengungkapkan inflasi bulan Januari diperkirakan berkisar 0,46% mtm atau 5,4% yoy dari bulan sebelumnya 5,51%yoy.

"Inflasi bulan Januari didorong oleh inflasi inti dan inflasi harga bergejolak," kata dia dalam keterangannya, Rabu (1/2/2023).

Dia mengungkapkan inflasi inti diperkirakan berkisar 3,23%yoy dipengaruhi oleh kenaikan harga emas sekitar 3%mtm sepanjang bulan Januari.

Sementara itu untuk inflasi harga bergejolak dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan seperti beras (+2%mtm), bawang merah (+5,4%mtm), bawang putih (4,4%mtm), cabai merah (+6,5%mtm), cabai rawit (+9,9%mtm), minyak goreng (+0,7%mtm).

Josua menyebut inflasi diperkirakan akan cenderung melandai hingga akhir tahun ini sejalan dengan normalisasi dampak kenaikan harga BBM serta upaya BI untuk menjangkar ekspektasi inflasi dengan kenaikan suku bunga acuan BI sejak semester II 2022.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan pemerintah terus mendorong daya beli masyarakat untuk menjaga inflasi di daerah.

"Di saat yang sama, pemerintah juga memonitor sektor transportasi dan komoditas pangan. Sehingga pemerintah akan terus memonitor situasi ketersediaan stok dan harga beras," ujar dia.

Dia juga menyebut Dana Moneter Internasional atau IMF menaikkan proyeksi ekonomi global tahun ini menyusul melandainya inflasi yang diperkirakan tumbuh 2,9% pada tahun 2023. Proyeksi ini lebih tinggi dibandingkan prospek yang dirilis pada Oktober 2022 sebesar 2,7%.

Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan dari sisi inflasi diharapkan bisa mengarah ke 5%. Lalu inflasi inti pada semester I berada di bawah 4%. "Indeks harga konsumen (IHK) setelah adanya based effect kenaikan pada September akan berada di bawah 4%," ujar Perry.

Dia menyebutkan untuk inflasi ini memang terjadi akibat penyesuaian harga BBM pada September lalu. Kemudian perkiraan di akhir tahun 2022 5,51%.

"Ini adalah suatu capaian dari negara-negara lain yang inflasinya banyak di atas 8%. Stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah penguatan dolar AS yang hampir 20-25%," ujar dia.

Pada 2023, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5-5,3%, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global. Perry mengatakan, konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).

Sumber : Finance.detik

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment