Wednesday, December 14, 2022

Merosot Lagi, Harga Saham GOTO Kembali di Bawah Cepek serta Deja Vu Pola Downtrend Bukalapak (BUKA) | PT Rifan Financindo



PT Rifan Financindo  - Harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) kembali menurun lagi di bawah Rp 100. Pagi ini, pergerakannya sempat naik di posisi Rp 100, namun kemudian bergerak menurun ke angka Rp 97.

Dikutip dari RTI, Rabu (14/12/2022) pada pukul 9.26 WIB harga saham GOTO tercatat melemah 3 poin atau 3% menjadi Rp 97. Menurun dari pembukaan sempat di posisi Rp 104. Angka pagi ini juga menurun dari penutupan kemarin yang tercatat di level Rp 100.

Pergerakan saham GOTO berada di kisaran Rp 94-Rp 104. Pada pukul 9.26 WIB itu sebanyak 3,8 miliar saham GOTO sudah ditransaksikan. Nilai transaksinya mencapai Rp 303,94 miliar.

Sementara frekuensi transaksinya mencapai 30.478 kali. Kapitalisasi pasar GOTO tercatat Rp 114,88 triliun.

Kemarin, harga saham GOTO melesat ke posisi Rp 103 dan terakhir pukul 9.40 naik ke posisi Rp 104.

Pergerakan hari ini di kisaran Rp 81 - Rp 108. Dengan volume 13,62 miliar kali, nominal Rp 1,23 triliun.

Posisi kemarin membalikan keadaan sebelumnya, di mana harga saham GOTO mendekat Rp 50. Pada Senin (12/12) dari RTI, saham GOTO dibuka sudah turun 6 poin atau sebesar 6,45% ke level Rp 87 dari posisi sebelumnya pada penutupan Rp 93.


Warna hijau ciri khas PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) tidak berlaku bagi pergerakan harga sahamnya saat ini. Sejak dibukanya lock up, saham GOTO terus terjun, bahkan menjauhi harga IPO sendiri. Pola yang sama sebelumnya terjadi pada PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA). 

Pada penutupan perdagangan sesi I, Rabu (7/12/2022) saham GOTO berada di posisi Rp107 atau turun 6,96 persen. Nyatanya, harga saham GOTO mengalami tren penurunan selama 12 hari beruntun sejak pertengahan November 2022. Secara akumulatif, penurunan harga saham GOTO mencapai 29,14 persen. 

Koreksi tersebut setara dengan 46,23 persen dalam sebulan terakhir. Pengamat pasar modal sekaligus founder Traderindo Wahyu Laksono menilai penurunan harga saham GOTO ini memiliki pola yang sama dengan BUKA, yaitu pola downtrend pasca IPO. 

“GOTO sekarang anjlok dekati Rp100, polanya beda tipis, tren GOTO mirip Bukalapak. Ini soal investor besar, big capital. Dipicu oleh perubahan tren moneter global yang berdampak kepada ketatnya modal memaksa investor startup atau saham teknologi harus menarik investasinya,” kata Wahyu menjawab pertanyaan Bisnis, Rabu (7/12/2022). 

Awal 2022, saham BUKA mengalami tren penurunan yang signifikan. Pada Maret 2022 harga BUKA menyentuh kisaran Rp250-an. Jika dibandingkan dengan harga perdana (initial public offering/IPO) yang sebesar Rp850 per saham. Dengan demikian, harga saham BUKA telah tergerus sekitar 69 persen.

 Artinya, para investor yang membeli GOTO Chart by TradingView saham dengan kode BUKA tersebut telah rugi hampir 70 persen dari total investasinya. 

Pada perdagangan sesi I hari ini, Rabu (7/12/2022), BUKA juga terpantau melemah di posisi Rp264 atau turun 1,49 persen. Per enam bulan, BUKA telah turun 5,71 persen dan akumulasi secara tahunan terkoreksi 38,60 persen. 

Wahyu menjelaskan hal ini merupakan fenomena global, saat gelelembung aset telah meledak dan banyak saham teknologi yang sempat terbang tinggi sekarang turun 50 hingga 90 persen lebih. Sedangkan proses deflasi belum berakhir. 

Sektor teknologi sudah mengalami resesi pendapatan dengan pertumbuhan pendapatan yang signifikan. “Tahun 2022, indeks Nasdaq 100 yang padat teknologi turun 28 persen dan banyak saham teknologi turun lebih dari 50 hingga 90 persen. Tantangan kemudian jelas adalah ancaman resesi global,” lanjutnya. 

Saat emiten teknologi mengalami kondisi pendapatan tururn dan harga saham anjlok, lanjut Wahyu, itu adalah sinyal yang jelas bahwa ekonomi sedang melambat. Fakta bahwa pendapatan perusahaan teknologi besar lebih buruk dari yang diharapkan adalah indikator besar tentang ekonomi yang lebih luas. 

“Resesi di depan mata,” ucap Wahyu. Saham teknologi pun sangat sensitif terhadap inflasi, serta kenaikan suku bunga dan dolar yang kuat. Wahyu berpendapat bahwa obat paling ampuh dari sakitnya saham teknologi adalah stimulus The Fed. 

Sebab, investor menikmati keuntungan dari suku bunga yang rendah dan melimpahnya capital. Pada momen seperti itu, investor teknologi dan startup biasanya memanfaatkan peluang yang ada. 

“Ini bukan soal menarik atau tidak, Analogi orang sakit, bagi investor ini adalah pilihan yaitu pil pahit yang harus ditelan atau pil murah dan butuh korban atau pengorbanan. Karena suntikan stimulus tidak tersedia serta 'obat' suku bunga ternyata makin mahal,” imbuh Wahyu.



Sumber : Finance.detik

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment