Thursday, July 7, 2022

Pantas Subsidi Bengkak! Pertalite Harusnya Rp 17.200 Dijual Rp 7.650 | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo -  Subsidi dan kompensasi untuk komoditas energi terus membengkak. PT Pertamina (Persero) mendapatkan tambahan subsidi Rp 71,8 triliun dan kompensasi BBM Rp 234 triliun.

Subsidi dan kompensasi dari pemerintah diberikan kepada Pertamina untuk menahan harga BBM dan LPG. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan selisih harga produk energi Pertamina dengan harga keekonomian di pasar memang sangat tinggi.

Selisih harga keekonomian Solar mencapai mencapai Rp 13.000 per liter. Pertamina menjual solar di harga Rp 5.150 per liter sedangkan harga pasar Rp 18.150 per liter. Artinya, selisih harga yang ada ini ditahan lewat subsidi energi yang diberikan pemerintah.

"Kalau dibandingkan harga yang ditahan pemerintah dan harga keekonomian, Juli ini selisih Rp 13.000. Untuk Solar itu masih dijual Rp 5.150 padahal kalau ikuti harga minyak hari ini Rp 18.150. Jadi tiap liter ada subsidi Rp 13.000," papar Nicke dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (6/7/2022).

Sementara itu, subsidi Pertalite mencapai Rp 9.550 per liter. Bila ingin mengikuti pasar harganya seharusnya Pertalite dijual Rp 17.200 per liter. Namun lewat subsidi dan kompensasi dari pemerintah, Pertamina menjual di harga Rp 7.650 per liter.

Kemudian, untuk LPG subsidi sejak 2007 tidak pernah naik harganya. Pertamina diminta menahan harga di level Rp 4.250 per kg, namun harga pasaran LPG saat ini sudah melambung ke Rp 15.698 per kg. Artinya, ada subsidi sebesar Rp 11.448 per kg untuk LPG.

Bahkan, Pertamina juga menahan harga Pertamax yang tidak masuk kategori BBM subsidi maupun penugasan. harga Pertamax per liter dijual Rp 12.500, padahal harga pasarnya mencapai Rp 17.950 per liter.

"Kalau (Pertamax) dinaikkan, maka shifting Pertalite terjadi dan akan nambah beban negara," kata Nicke.

Sumber : Finance.detik

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment