Tuesday, September 28, 2021

Rugi Trilliunan hingga Gulung Tikar, Peternak Banting Setir Jadi Kuli-Petani | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo   -  Ribuan peternak ayam mandiri dikabarkan terpaksa gulung tikar imbas dari harga pakan yang naik sementara harga jual di pasar tradisional rendah. Alhasil, mereka terpaksa banting setir menggeluti usaha lain.

Hal itu disampaikan Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio dalam sebuah sesi wawancara dengan detikcom akhir pekan lalu.

"Yang pasti ada sekitar ribuan dan itu hampir merata di seluruh Indonesia terutama di Pulau Jawa karena biaya sarana produksinya, DOC (Day Old Chicks) atau anak ayam usia sehari dan pakannya itu yang tinggi, sementara harga jual ayam hidupnya murah," kata Alvino.

Dia mengatakan, kondisi tersebut sudah terjadi sebelum pandemi COVID-19. Menurutnya, pandemi semakin memperburuk keadaan peternak ayam mandiri. Pada periode 2019-2020, dia memperkirakan kerugian yang dialami peternak mandiri mencapai Rp 5,4 triliun.

"Peternak ayam sekarang dalam kondisi merugi, ini berpotensi peternak bangkrut dan kondisi ini sudah berjalan sejak 3 tahun yang lalu. Ya (sebelum pandemi). Pandemi COVID-19 ini hanya memperparah," terangnya.

Sebagian besar peternak ayam mandiri yang bangkrut beralih kerja sebagai petani hingga tukang bangunan hingga petani.

"Untuk saat ini, mereka ini kalau untuk saat ini kan mungkin kalau peternak rakyat yang di kampung-kampung mungkin mereka beralih ke nukang (jadi tukang), petani atau bercocok tanam," ujarnya.

Akan tetapi berbeda dengan peternak ayam mandiri yang berada di kota besar. Mereka tidak bisa beralih pekerjaan ke sektor lain karena beban yang ditanggung lebih besar berupa utang.

"Karena mau meninggalkan usaha ini dalam kondisi hari ini kan tidak mungkin beralih ke usaha lain. Sementara kondisi pandemi gini kan usaha apapun juga lagi drop, jadi mau nggak mau kita harus bertahan karena kita juga punya beban utang yang harus kita bayar dan utang kita bukannya nilai (kalau untuk peternak menengah ke atas) itu utangnya udah mungkin belasan, puluhan bahkan ratusan miliar," ungkapnya.

Agar bertahan dalam kondisi tersebut, peternak ayam mandiri pun putar otak dengan mengurangi jumlah populasi peliharaan ayam dan disesuaikan dengan modal yang mereka miliki. Terkadang mereka pun mengambil pinjaman dari bank dan menjual aset yang mereka miliki.

"Jadi kalau ditanya kesulitan modal, pasti. Akhirnya kita mengurangi populasi pemeliharaan ayamnya. Yang dulu kita bisa isi 100 ribu ekor karena uangnya tinggal sedikit, nyusut sanggupnya 60 ribu ya segitu. Gimana cara kita bisa bertahan, ngurangin populasi, jual aset yang ada kalau laku, atau kalau misalnya pinjam uang ke bank dan re-schedule utang dengan pabrik," pungkasnya.


Sumber :  Finance.detik

 PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment