Tuesday, March 31, 2020

Hasil Swab Pasien Corona Malang Diterima Lama Banget 14 Hari, Kok Bisa? | PT Rifan Financindo

rs saiful anwar malang

PT Rifan Financindo   -   Waktu yang cukup lama bagi Dinas Kesehatan Kota Malang mengetahui warganya terinfeksi corona atau tidak. Mereka harus menunggu kurang lebih 14 hari sejak hasil swab dikirim ke Balitbangkes Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Malang, dr Husnul Muarif mengatakan, alur pengiriman swab hingga mengetahui hasilnya diakui memang cukup lama.
Karena pihaknya harus mengirimkan sampel swab PDP ke Jakarta terlebih dahulu, sebelum kemudian diterima hasilnya 14 hari ke depan. Saat itu pasien pertama yang meninggal pada 14 Maret 2020. Pasien ini tercatat sebagai warga Dau, Kabupaten Malang.
"Cukup lama karena waktunya 14 hari baru kita terima hasilnya," terang Husnul saat berbincang-bincang dengan detikcom, Selasa (31/3/2020).
Husnul menceritakan, tahap awal bagaimana swab diambil hingga kemudian dikirim. Pertama, saat rumah sakit rujukan menerima pasien yang memiliki gejala klinis mirip Covid-19 akan mengambil sampel dengan metode yang didampingi petugas laboratorium kesehatan daerah setempat.
Setelah swab diambil, kata Husnul, langsung dikirim ke Balitbangkes Kementerian Kesehatan sesuai arahan pemerintah. Di sana, swab akan diuji kurang lebih memakan waktu 5 sampai 6 hari.
"Setelah sampel diambil, swab dikirim ke Balitbangkes Jakarta. Di sana butuh waktu sekitar 5 sampai 6 hari. Setelah keluar, Balitbangkes laporan ke lembaga yang namanya PHEOC (Public Health Emergency Operation Center) Kementerian Kesehatan. Dari lembaga itu, kemudian diteruskan kepada jubir Kemenkes yang kemudian dirilis setiap hari itu. Berapa jumlah pasien positif Corona untuk seluruh Indonesia," beber Husnul.
Proses panjang itu kemudian berlanjut dengan mengirim data pasien positif Covid-19 kepada gubernur daerah asal pasien. Gubernur kemudian merilis data tersebut kepada publik. "Dari Gubernur kemudian disampaikan ke dinas kesehatan daerah kabupaten dan kota di provinsi tersebut," jelas Husnul.
Menurut dia, alur cukup panjang ini terjadi hingga hari ini. Jika bisa dipercepat, tentu akan membantu tindak lanjut dalam penanganan pasien di daerah. "Ini cukup lama, jika bisa cepat. Maka akan juga mempercepat penanganan pasien bisa cepat juga," tegasnya.
Husnul menambahkan, dua PDP yang dinyatakan meninggal di Kota Malang telah melalui rapid test dan hasilnya negatif Covid-19. Salah satunya, balita yang masih beberapa jam menjalani perawatan di RS Lavalette.
"Yang kami ketahui, satu pasien meninggal di Kota Malang adalah balita yang baru beberapa jam dirawat di RS Lavalette. Hasil rapid test negatif. Balita ini meninggal juga dikarenakan memiliki penyakit bawaan, seperti sesak nafas. Untuk yang di RSSA kami belum dapat informasi lengkapnya tetapi pasien telah dinyatakan negatif Covid-19," tambahnya.
Data terakhir corona yang dirilis Gugus Tugas Covid-19 Kota Malang per 30 Maret 2020 diketahui, jumlah ODP sebanyak 179 orang (113 orang dalam pantauan dan 66 orang sudah melewati masa pantau).
Untuk jumlah pasien positif dan dinyatakan sembuh serta dipulangkan sebanyak 4 orang. Satu di antaranya, perempuan berusia 60 warga Sawojajar yang sebelumnya disebut positif Covid-19 dan satu pasien lain masih menunggu perawatan di RS Mardi Waluyo.
Sementara untuk PDP berjumlah 18 orang, dua di antaranya meninggal dunia. Dengan rincian, satu meninggal dunia dalam perawatan di RS dr Saiful Anwar (RSSA), satu pasien lagi meninggal saat dirawat di RS Lavalette.
Sedangkan 8 pasien lainnya dinyatakan sehat dan 8 orang lain masih dalam perawatan di sejumlah rumah sakit rujukan. "Yang PDP bisa dikatakan menunggu hasil swab, tetapi mereka terus mendapatkan perawatan sampai kemudian dipastikan positif atau negatif sesuai hasil swab yang kita kirimkan," terang Husnul.
Husnul menjelaskan, bahwa rapid test hanya berlaku untuk melihat anti bodi seseorang. Bukan sampai kepada mendiagnosa apakah orang tersebut positif atau negatif corona. "Rapid test hanya untuk melihat anti bodi saja, bukan menentukan positif atau negatif corona," tandasnya.
Rencananya, bantuan rapid test yang diberikan pemerintah akan diprioritaskan bagi tenaga medis yang merawat PDP, petugas yang melakukan tracing, serta warga memiliki kontak erat dan berisiko tinggi.
"Jadi nanti rapid test skala prioritas, pertama untuk petugas kesehatan yang menangani PDP, petugas yang melakukan tracing, dan orang memiliki resiko kontak erat dengan pasien yang memiliki gejala klinis Covid-19," ungkap Husnul.

Sumber: Market.bisnis
PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment