Thursday, May 25, 2023

Harga Telur Meledak di Indonesia Timur, Peternak Buka Suara | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo  -  Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi menyebut kenaikan harga telur ayam khususnya di Indonesia Timur terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya permintaan yang meningkat namun ketersediaan terbatas, biaya transportasi yang juga mengalami kenaikan, serta kebijakan dari masing-masing kepala daerah yang membatasi komoditas telur masuk ke daerahnya.

"Memang demand-nya sedang tinggi, juga faktor transportasi, dan karena kebijakan kepala daerah yang menyebabkan harga di situ menjadi tetap tinggi dari dulu sampai sekarang. Jadi tiga poin inilah yang menjadi masalah," kata Ki Musbar kepada CNBC Indonesia, Kamis (25/5/2023).

Dia menjelaskan, tingginya permintaan disebabkan karena marak proses pendaftaran calon-calon legislatif. Ini membuat kebutuhan telur meningkat.

"Tapi dalam kondisi serapan tinggi, ini otomatis ke daerah-daerah yang di luar Jawa ini menjadi tinggi," lanjutnya.

Namun yang menjadi masalah adalah kebijakan dari masing-masing kepala daerah yang membatasi agen besar masuk ke daerah itu. Padahal harga dari agen besar cenderung lebih terjaga atau stabil. 

Penjual menata telur ayam di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (16/5/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)Foto: Penjual menata telur ayam di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (16/5/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Penjual menata telur ayam di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (16/5/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

"Itu salah satunya juga, karena laporan-laporan ini kan terus mengalir ke saya semua, pada saat harga-harga tinggi, daerah-daerah yang dibuat eksklusif hanya boleh diperdagangkan bebas telur karena dianggap nanti membawa bibit penyakit dan segala macam, itu malah membuat harga di sana menjadi tinggi ada yang sampai Rp 40.000 per kg. Nah sekarang yang dikhawatirkan kepentingan masyarakat atau bibit penyakit ayamnya kan itu terlalu sumir ya pendapat seperti itu," terangnya.

Bayangkan di satu provinsi, lanjutnya, agen besar yang boleh masuk hanya 5 atau paling banyak 6 agen di mana agen besarnya itu kapasitas yang dimiliki terbatas untuk melayani satu provinsi. Hal ini tentu membuat harga telur di daerah tersebut menjadi mahal.

"Jadi, saya mengatakan bahwa untuk daerah luar Jawa kenaikan tinggi itu tergantung dari kebijakan kepala daerahnya masing-masing, kalau dia membatasi alur masuk jual beli atau distribusi ini ya maka berpengaruh juga terhadap harga telur di daerah masing-masing," ujar dia.


Sumber : cnbcindonesia

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment