Monday, December 12, 2022

Pasar Kripto Kembali Menghijau Jelang Data Inflasi AS | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo -   1 juta Dollar berapa rupiah merupakan pertanyaan yang kerap kali digunakan oleh masyarakat. 1 juta Dollar berapa kuliah mungkin menjadi pertanyaan yang asing didengar oleh sebagian orang, karena nominalnya sangatlah tinggi.

1 juta Dollar berapa rupiah bisa saja berbeda-beda tiap harinya. Hal ini dipicu karena nilai tukar 1 Dollar berapa rupiah yang berbeda. Selain itu, nilai tukar Dollar yang sedang menguat membuat nilai tukar rupiah menjadi melemah.

1 juta Dollar berapa rupiah mungkin menjadi pertanyaan yang sering digunakan untuk pembelian properti maupun barang branded di luar negeri. Hal ini karena dollar menjadi salah satu acuan mata uang di dunia. 

Untuk lebih rinci, berikut ini Liputan6.com ulas mengenai 1 juta Dollar berapa rupiah yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (12/12/2022).

Mengenal Mata Uang Dollar

1 Juta Dollar Berapa Rupiah? Pahami Nilai Kurs dan Cara Menghitungnya

Negara yang menggunakan dollar di antaranya seperti Amerika, Australia, Brunei, Kanada, Hong Kong, Jamaika, Liberia, Namibia, Taiwan, Selandia Baru, dan Singapura. Simbol untuk sebagian besar mata uang dollar adalah $. Meski begitu, mata uang Dollar di negara Singapura berbeda lambangnya daripada Dollar di negara lain.

Pada awalnya, yang disebut dollar adalah koin perak yang beredar di banyak negara Eropa. Saat ini, dollar AS atau USD adalah mata uang paling kuat di dunia. Sebagian besar transaksi internasional dilakukan dalam harga dollar.

Dikutip dari laman The Balance, sebelum menggunakan dollar, sebagian besar negara mengikuti standar emas. Awal mula harga dollar menjadi acuan nilai mata uang adalah adanya perjanjian Bretton Woods pada 1944. Perjanjian ini diteken oleh 44 negara dan berisi kebijakan moneter pasca perang dunia II. Dalam perjanjian Bretton Woods, negara-negara yang mengklaim dirinya sebagai negara maju berkomitmen mengontrol nilai tukar mata uang lokal dengan dollar AS.

Apabila nilai mata uang suatu negara menjadi terlalu lemah relatif terhadap dollar, bank akan membeli mata uangnya di pasar valuta asing. Jika harga mata uang menjadi terlalu tinggi, bank sentral harus mencetak lebih banyak. Produksi percetakan ini akan meningkatkan pasokan dan menurunkan harga mata uang.


Sumber : Finance.detik

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment